Prinsip Ekstraksi
Cair-Cair
Ekstraksi
cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase
pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase
pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat
terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan
terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah.
Jika suatu
cairan ditambahkan kedalam ekstrak cairan lain yang tidak dapat bercampur
dengan yang pertama akan terbentuk 2 lapisan , satu komponen dari campuran aka
memiliki kelarutan kedalam dua lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan
setelah beberapa waktu dicapai kesetimbangan konsentrasi dalam kedua
lapisan.waktu diperlukan untuk tercapainya keseimbangan biasanya dipersingkat
dengan pencampuran kedua fase tersebut dalam corong pisah. Kedalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi
yang tetap.
Cara kerja pada tanaman :
1.
Ekstrak metanol ditimbang sebanyak 1 gram
2.
Ekstrak kemudian dilarutkan dengan 15 ml heksan dan
dimasukkan dalam coromg pisah
3.
Ekstrak yang tidak larut disuspensikan dengan 5 ml air
dan dimasukkan ke dalam corong pisah
4.
Corong pisah di kocok hingga homogen dan didiamkan
selama beberapa saat hingga terbentuk 2 lapisan pelarut.
5.
Lapisan heksan kemudian ditampung dan lapisan air
dimasukkan kembali dan ditambahkan 15 ml heksan yang baru, penggantian pelarut
heksan yang baru dilakukan sebanyak 3 kali.
6.
Lapisan heksan yang diperoleh kemudian diuapkan,
ekstrak heksam yang diperoleh kemudian ditimbang dan sebagian dimasukkan
kedalam vial.
7.
Lapisan air kemudian ditambahkan dengan pelarut
n-butanol jenuh air sebanyak 15 ml didalam corong pisah dan kemudian dikocok.
8.
Kemudian corong pisah didiamkan selama beberapa sesaat
hingga terbentuk 2 lapisan pelarut.
9.
Kemudian lapisan ke dua
pelarut yang terbentuk ditampung kedalam 2 wadah yang berbeda.
10.
Kemudian ekstrak n-butanol diuapkan hingga terbentuk
ekstrak yang kental.
11.
Kemudian ekstrak kental ditimbang dan kemudian sebagian
dimasukkan ke dalam vial.
12.
Dilakukan identifikasi senyawa dengan menggunakan
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan menggunakan eluen polar dan
non-polar dengan penampak noda oleh sinar UV serta pereaksi H2SO4.
Ekstraksi cair pada hewan
(biota laut) :
1.
Ekstrak metanol kental ditimbang sebanyak 2 g.
2.
Dilarutkan dengan 15 ml kloroform dan dimasukkan
kedalam corong pisah.
3.
Corong pisah dikocok hingga homogen dan didiamkan
selama beberapa saat hingga terbentuk 2 lapisan pelarut.
4.
Lapisan Kloroform kemudian ditampung dan pada lapisan
air ditambahkan kembali 15 ml kloroform yang baru, penggantian pelarut
kloroform yang baru dilakukan sebanyak 3 kali.
5.
Lapisan air kemudian ditampung dan diuapkan sampai
kering.
6.
Ekstrak air dilarutkan dengan metanol kemudian disentrifus.
7.
Ekstrak metanol yang diperoleh, diuapkan kemudian
ditimbang.
8.
Dilakukan identifikasi senyawa dengan menggunakan
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan menggunakan eluen polar dan
non-polar dengan penampakn noda oleh sinar UV serta pereaksi H2SO4.
H.
Ekstraksi Padat Cair
Ekstraksi
padat cair (leaching) merupakan salah satu unit operasi pemisahan tertua yang
digunakan untuk memperoleh komponen zat terlarut dari campurannya dalam padatan
dengan cara mengontakkannya dengan pelarut yang sesuai.
Operasi
ekstraksi ini dapat dilakukan dengan mengaduk suspensi padatan di dalam tangki
atau dengan menyusun padatan tersebut dalam suatu unggun tetap (fixed bed),
kemudian cairan pelarut mengalir di antara butiran padatan, cara ini disebut
cara perkolasi.Penelitian ini bertujuan mengembangkan teori perkolasi ke dalam
proses ekstraksi padat cair yang dilakukan dalam unggun tetap. Tujuan
penelitian dicapai melalui penurunan model matematika yang disusun berdasarkan
teori perkolasi serta percobaan ekstraksi biji jarak menggunakan pelarut
n-heksan di dalam kolom unggun tetap untuk menguji model tersebut. Persamaan
model memberikan kurva sejarah konsentrasi (kurve breakthrough) yang
menggambarkan konsentrasi zat terlarut dalam cairan keluar kolom terhadap waktu
ekstraksi dalam besaran-besaran tak berdimensi. Besaran-besaran yang
divariasikan adalah laju alir pelarut dan tinggi unggun.Model yang paling
mendekati hasil percobaan ternyata adalah model difusi film dimana sebagai
pengendali proses ekstraksi adalah model difusi film dimana sebagai pengendali
proses ekstraksi adalah tahanan difusi film. Meski demikian masih diperlukan
koreksi terhadap hasil model ini. Parameter-parameter yang berpengaruh terhadap
unjuk kerja ekstraksi padat cair di dalam kolom unggun tetap adalah jumlah
tahap, jumlah unit transfer massa
difusi film, dan parameter kapasitas. Semakin tinggi laju alir pelarut, maka
koefisien transfer massanya semakin besar sehingga penurunan konsentrasi zat
terlarut dalam cairan keluar kolom terjadi lebih cepat, yang berarti kemiringan
kurva breaktroughnya juga makin besar.
Konsentrasi mula-mula zat terlarut di dalam kolom
sangat jauh dari konsentrasi keseimbangan seperti yang diharapkan oleh model
dan ternyata konsentrasi mula-mula tersebut sebanding dengan tinggi unggun.
Faktor koreksi yang diperlukan oleh model merupakan fungsi tinggi unggun dan
konsentrasi keseimbangan. Rata-rata kesalahan kurva breakthrough yang telah
dikoreksi ini sebesar 4.74% terhadap titik-titik data percobaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar