Pengertian Emulsi
Emulsi
adalah suatu disperse di mana fase terdispers terdiri dari
bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa
yang tidak bercampur (1).
Emulsi
adalah suatu system heterogen, yang terdiri dari tidak kurang dari
sebuah fase cair yang tidak bercampur, yang terdispersi dalam fase cair
lainnya, dalam bentuk tetesan-tetesan, dengan diameter secara umum,
lebih dari 0,1 μm (2).
Secara umum, emulsi
merupakan system yang terdiri dari dua fase cair yang tidak bercampur,
yaitu fase dalam (internal) dan fase luar (eksternal).
Komponen emulsi :
-
Fase dalam (internal)
-
Fase luar (eksternal)
-
Emulsifiying Agent (emulgator)
Tipe-Tipe Emulsi (3)
-
Tipe minyak/air (m/a atau o/w), dimana fase minyak terdispersi dalam fase air (minyak=internal, air=eksternal)
-
Tipe air/minyak (a/m atau w/o), dimana fase air terdispersi dalam fase minyak (air=internal, minyak=eksternal)
-
Tipe emulsi ganda (w/o/w dan o/w/o), lebih dikenal dengan emulsi dalam emulsi, yaitu suatu emulsi tipe tertentu yang didispersikan lagi dalam suatu fase pendispersi. Tipe ini pada umumnya dapat ditemui dalam formulasi kosmetika.
-
Mikroemulsi
Pengujian Tipe Emulsi (2)
-
Test Pengenceran Tetesan
Metode
ini berdasarkan prinsip bahwa suatu emulsi akan bercampur dengan yang
menjadi fase luarnya. Misalnya suatu emulsi tipe m/a, maka emulsi ini
akan mudah diencerkan dengan penabahan air. Begitu pula sebaliknya
dengan tipe a/m.
- Test Kelarutan Pewarna
Metode
ini berdasarkan prinsip keseragaman disperse pewarna dalam emulsi ,
jika pewarna larut dalam fase luar dari emulsi. Misalnya amaranth,
adalah pewarna yang larut air, maka akan terdispersi seragam pada
emulsi tipe m/a. Sudan III, adalah pewarna yang larut minyak, maka akan
terdispersi seragam pada emulsi tipe a/m.
- Test Creaming (Arah Pembentukan Krim)
Creaming
adalah proses sedimentasi dari tetesan-tetesan terdispersi berdasarkan
densitas dari fase internal dan fase eksternal. Jika densitas relative
dari kedua fase diketahui, pembentukan arah krim dari fase dispers
dapat menunjukkan tipe emulsi yang ada. Pada sebagian besar system
farmasetik, densitas fase minyak atau lemak kurang dibandingkan fase
air; sehingga, jika terjadi krim pada bagian atas, maka emulsi tersebut
adalah tipe m/a, jika emulsi krim terjadi pada bagian bawah, maka
emulsi tersebut merupakan tipe a/m.
- Test Konduktivitas Elektrik
Metode
ini berdasarkan prinsip bahwa air atau larutan berair mampu
menghantarkan listrik, dan minyak tidak dapat menghantarkan listrik.
Jika suatu elektroda diletakkan pada suatu system emulsi, konduktivitas
elektrik tampak, maka emulsi tersebut tipe m/a, dan begitu pula
sebaliknya pada emulsi tipe a/m.
- Test Fluorosensi
Sangat
banyak minyak yang dapat berfluorosensi jika terpapar sinar ultra
violet. Jika setetes emulsi di uji dibawah paparan sinar ultra violet
dan diamati dibawah mikroskop menunjukkan seluruh daerah berfluorosensi
maka tipe emulsi itu adalah a/m, jika emulsi tipe m/a, maka fluorosensi
hanya berupa noda.
Teori Emulsifikasi (1)- Teori Tegangan –permukaan
- Oriented Wedge Theory
Menganggap bahwa lapisan
monomolecular dari zat pengemulsi melingkari suatu tetesan dari fase
dalam pada emulsi. Teori ini berdasarkan pada anggapan bahwa zat
pengemulsi tertentu mengarahkan dirinya di sekitar dan dalam suatu
cairan yang merupakan gambaran kelarutannya pada cairan tertentu.
- Teori plastic atau Teori Lapisan antarmuka
Bahan-Bahan Pengemulsi (1)
-
Bahan-bahan karbohidrat , bahan-bahan alami seperti akasia (gom), tragakan, agar, kondrus dan pectin. Bahan-bahan ini membentuk koloid hidrofilik bila ditambahkan kedalam air dan umumnya menghasilkan emulsi m/a.
-
Zat-zat protein seperti : gelatin, kuning telur, dan kasein. Bahan-bahan ini menghasilkan emulsi tipe m/a. kerugian gelatin sebagai suatu zat pengemulsi adalah sediaan menjadi terlalu cair dan menjadi lebih cair pada pendiaman.
-
Alkohol dengan bobot molekul tinggi seperti : stearil alcohol, setil alcohol, dan gliseril monostearat. Biasa digunakan sebagai penstabil emusi tipe m/a dari lotio dan salep tertentu yang digunakan sebagai obat luar. Kolesterol dan turunannya dapat digunakan sebagai emulsi untuk obat luar dan menghasilkan emulsi tipe a/m.
-
Zat-zat pembasah, yang bersifat kationik, anionic dan nonionic. Zat-zat ini mengandung gugus hidrofilik dan lipofilik dengan bagian lipofilik dari molekul menyebabkan aktivitas permukaan dari molekul tersebut.
-
Zat padat yang terbagi halus, seperti : tanah liat koloid termasuk bentonit, magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida. Umumnya membentuk emulsi tipe m/a bila bahan padat ditambahkan ke fase air jika jumlah volume air lebih besar dari minyak. Jika serbuk bahan padat ditambahkan dalam inyak dan volume fase minyak lebih banyak dari air, suatu zat seperti bentonit sanggup membentuk suatu emulsi a/m.
Aktivitas dan Harga HLB Surfaktan (1)
Aktivitas HLB
Antibusa 1 sampai 3
Pengemulsi (a/m) 3 sampai 6
Zat Pembasah 7 sampai 9
Pengemulsi(m/a) 8 sampai 18
Pelarut 15 sampai 20
Detergen 13 sampai 15
Viskositas Emulsi (4)
Viskositas emulsi dipengaruhi oleh perubahan komposisi :
-
Adanya hubungan linear antara viskositas emulsi dan viskositas fase kontinu.
-
Makin besar volume fase dalam, makin besar pula viskositas nyatanya.
-
Untuk mengatur viskositas emulsi, tiga factor interaksi yang harus dipertimbangkan oleh pembuat formula, yaitu :
- Viskositas emulsi m/a dan a/m dapat ditingkatkan dengan mengurangi ukuran partikel fase terdispersi ,
- Kestabilan emulsi ditingkatkan denganpengurangan ukuran partikel, dan
- Flokulasi atau penggumpalan, yang cenderung membentuk fase dalam yang dapat meningkatkan efek penstabil, walaupun ia meningkatkan viskositas.
Metode Pembuatan Emulsi (2)
- Metode Gom Kering
Disebut
pula metode continental dan metode 4;2;1. Emulsi dibuat dengan jumlah
komposisi minyak dengan ½ jumlah volume air dan ¼ jumlah emulgator.
Sehingga diperoleh perbandingan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1
bagian emulgator.
Pertama-tama
gom didispersikan kedalam minyak, lalu ditambahkan air sekaligus dan
diaduk /digerus dengan cepat dan searah hingga terbentuk korpus emulsi.
- Metode Gom Basah
Disebutt
pula sebagai metode Inggris, cocok untuk penyiapan emulsi dengan
musilago atau melarutkan gum sebagai emulgator, dan menggunakan
perbandingan 4;2;1 sama seperti metode gom kering. Metode ini dipilih
jika emulgator yang digunakan harus dilarutkan/didispersikan terlebuh
dahulu kedalam air misalnya metilselulosa. 1 bagian gom ditambahkan 2
bagian air lalu diaduk, dan minyak ditambahkan sedikit demi sedikit
sambil terus diaduk dengan cepat.
- Metode Botol
Disebut pula metode Forbes (1).
Metode inii digunakan untuk emulsi dari bahan-bahan menguap dan
minyak-minyak dengan kekentalan yang rendah. Metode ini merrupakan
variasi dari metode gom kering atau metode gom basah. Emulsi terutama
dibuat dengan pengocokan kuat dan kemudian diencerkan dengan fase luar.
Dalam botol kering, emulgator yang digunakan ¼ dari jumlah minyak(2).
Ditambahkan dua bagian air lalu dikocok kuat-kuat, suatu volume air
yang sama banyak dengan minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil
terus dikocok, setelah emulsi utama terbentuk, dapat diencerkan dengan
air sampai volume yang tepat(1).
- Metode Penyabunan In Situ
a. Sabun Kalsium
Emulsi a/m yang terdiri
dari campuran minyak sayur dan air jeruk,yang dibuat dengan sederhana
yaitu mencampurkan minyak dan air dalam jumlah yang sama dan dikocok
kuat-kuat. Bahan pengemulsi, terutama kalsium oleat, dibentuk secara in
situ disiapkan dari minyak sayur alami yang mengandung asam lemak bebas.
b. Sabun Lunak
Metode ini, basis di
larutkan dalam fase air dan asam lemak dalam fase minyak. Jika perlu,
maka bahan dapat dilelehkan, komponen tersebut dapat dipisahkan dalam
dua gelas beker dan dipanaskan hingga meleleh, jika kedua fase telah
mencapai temperature yang sama, maka fase eksternal ditambahkan kedalam
fase internal dengan pengadukan.
c. Pengemulsi Sintetik
Beberapa pustaka memasukkannya dalam kategori metode tambahan (1).
Secara
umum, metode ini sama dengan metode penyabunan in situ dengan
menggunakan sabun lunak dengan perbedaan bahwa bahan pengemulsi
ditambahkan pada fase dimana ia dapat lebih melarut. Dengan
perbandingan untuk emulsifier 2-5%. Emulsifikasi tidak terjadi secepat
metode penyabunan. Beberapa tipe peralatan mekanik biasanya dibutuhkan,
seperti hand homogenizer .
Referensi :
- 1. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (terjemahan)
UIP – Jakarta (2005)
- 2. Dispensing Of Medication
Mack Publishing Company – Pennsylvania (1984)
- 3. Remington’s Pharmaceutical Sciences 18th
Mack Publishing Company – Pennsylvania (1990)
- 4. Teori dan Praktek Farmasi Industri (terjemahan)
UIP – Jakarta (1994)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar